Artikel
yang membahas peperangan besar antara kerajaan-kerajaan di Nusantara,
yang terjadi sebelum era penjajahan bangsa Eropa. Perang antar-kerajaan ini
tidak hanya soal ekspansi wilayah, tetapi juga soal pengaruh politik, agama,
perdagangan, dan penguasaan jalur dagang.
Peperangan
Besar Antar-Kerajaan di Nusantara
Pendahuluan
Sebelum
datangnya bangsa asing, Nusantara (sekarang Indonesia) telah menjadi wilayah
yang kaya akan kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Majapahit,
Mataram, Demak, Ternate, Tidore, dan lainnya. Mereka memiliki kekuatan
maritim dan militer yang hebat, serta terlibat dalam berbagai perang besar
demi kekuasaan, kejayaan, dan pengaruh ekonomi-politik.
Berikut
adalah beberapa perang besar antara kerajaan-kerajaan Nusantara yang paling
bersejarah dan berpengaruh.
1. Perang
Majapahit vs. Kerajaan Sunda (Perang Bubat, 1357)
- Pihak: Majapahit (Gajah Mada) vs.
Kerajaan Sunda (Prabu Maharaja)
- Latar belakang: Rencana pernikahan Hayam
Wuruk (raja Majapahit) dengan Dyah Pitaloka (putri Sunda)
- Lokasi: Lapangan Bubat (dekat ibu kota
Majapahit)
Hasil dan
dampak:
- Gajah Mada menganggap
pernikahan sebagai bentuk penaklukan politik.
- Terjadi bentrok, rombongan
Sunda tewas, termasuk sang putri.
- Hubungan Majapahit dan Sunda
retak
selama berabad-abad.
2. Perang Majapahit vs. Melayu-Sriwijaya (abad
ke-14)
- Pihak: Majapahit vs. sisa
kekuatan Sriwijaya dan kerajaan Melayu lainnya di Sumatra
- Tujuan: Majapahit ingin menguasai
jalur perdagangan di Selat Malaka
Hasil:
- Sriwijaya yang telah melemah
akhirnya dikalahkan.
- Majapahit menguasai sebagian
besar wilayah Sumatra timur.
3. Perang Majapahit vs. Pasai dan Samudera
(Sumatra Utara)
- Latar: Majapahit memperluas
pengaruh ke utara dan mencoba menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam
- Perlawanan: Kerajaan Islam seperti Samudera
Pasai berperang mempertahankan wilayahnya
Hasil:
- Majapahit sempat menang,
tapi pengaruhnya di wilayah Islam lemah.
- Islam terus berkembang dan
akhirnya menjadi kekuatan dominan.
4. Perang
Demak vs. Majapahit (akhir abad ke-15 – awal abad ke-16)
- Pihak: Kesultanan Demak vs.
sisa-sisa Kerajaan Majapahit
- Latar belakang: Pergantian era
Hindu-Buddha ke Islam di Jawa
- Tokoh penting: Raden Patah (Demak),
keturunan Majapahit yang memeluk Islam
Hasil:
- Raden Patah mendirikan Demak
dan berhasil menguasai sisa wilayah Majapahit.
- Ini menjadi titik akhir
kejayaan Majapahit dan awal kebangkitan kerajaan Islam di Jawa.
5. Perang
Demak vs. Pajang dan Peralihan Kekuasaan Jawa Tengah
- Setelah Demak melemah akibat
konflik internal, muncul Kesultanan Pajang
- Perang saudara dan perebutan kekuasaan
terjadi, terutama setelah wafatnya Sultan Trenggono
Hasil:
- Pajang mengambil alih
kekuasaan dari Demak, dan kemudian muncul Mataram Islam
6. Perang
Mataram Islam vs. Banten dan Surabaya (abad ke-16 – 17)
- Pihak: Mataram (di bawah Sultan
Agung) vs. Banten dan Surabaya
- Latar: Perebutan pengaruh Islam
dan perdagangan di pesisir utara Jawa
- Tujuan Sultan Agung: Menyatukan seluruh Jawa di
bawah Mataram
Hasil:
- Mataram berhasil menaklukkan
Surabaya dan daerah Jawa Timur.
- Tapi gagal menaklukkan
Banten dan Batavia (VOC).
- Menunjukkan kekuatan militer
Mataram yang besar.
7. Perang
Ternate vs. Tidore (Maluku, abad ke-15 – 17)
- Pihak: Kesultanan Ternate vs.
Tidore
- Latar: Persaingan dagang dan
pengaruh atas jalur rempah-rempah di Maluku
- Dukungan luar:
- Ternate didukung Portugis
dan kemudian Belanda
- Tidore didukung Spanyol
Hasil:
- Konflik berkepanjangan dan
melemahkan kekuatan lokal.
- Diperparah oleh intervensi
kolonial Eropa yang memanfaatkan konflik ini.
8. Perang
Bone vs. Gowa (Sulawesi Selatan)
- Pihak: Kerajaan Gowa-Tallo vs.
Kerajaan Bone
- Latar: Persaingan pengaruh dan
dakwah Islam di Sulawesi
- Tokoh terkenal:
- Sultan Hasanuddin (Gowa)
- Arung Palakka (Bone)
Hasil:
- Setelah VOC masuk, Arung
Palakka bekerja sama dengan Belanda untuk menjatuhkan Gowa.
- Kesultanan Gowa melemah dan
Bone berkuasa dengan pengaruh VOC.
9. Perang
Banjar vs. Kesultanan-Kesultanan di Kalimantan
- Terjadi beberapa kali
konflik antara Kesultanan Banjar dengan kerajaan lain di Kalimantan
seperti Kutai, Pasir, dan Berau, seringkali terkait
perebutan wilayah dagang dan pengaruh.
Penutup
Peperangan
antar-kerajaan di Nusantara mencerminkan dinamika kekuasaan lokal yang
kompleks. Kerajaan-kerajaan ini memiliki:
- Angkatan perang yang tangguh, baik di darat maupun laut
- Ambisi politik dan ekonomi
- Kepentingan agama dan
budaya
Namun,
konflik internal ini juga membuka celah bagi kekuatan asing (Portugis,
Belanda, Inggris) untuk masuk dan menguasai Nusantara.
Pelajaran
penting dari sejarah ini adalah: persatuan adalah kekuatan utama bangsa.
By : Al Khamidy