Kisah Tentang imam ibnu Hajar al-Haitami Dengan Istrinya

 

kisah tentang Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan istrinya  kisah yang sering diceritakan dalam literatur hikmah Islam

Berikut ini rangkuman kisah tentang Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan istrinya  kisah yang sering diceritakan dalam literatur hikmah Islam sebagai pelajaran ketegaran, keikhlasan, dan pengendalian diri terhadap duniawi. Kalau kamu mau, aku bisa telusuri sumber asli Arab-nya supaya lebih pasti.

Latar Belakang Singkat

Nama lengkap beliau: Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Hajar as-Salmunti al-Haitami. Beliau seorang ulama besar mazhab Syafi‘i, hidup sekitar tahun 909974 H.

Ada periode kehidupan beliau yang cukup lama dalam keadaan miskin; disebutsebut selama 4 tahun beliau hidup dalam kemiskinan.

Kisah dengan Istrinya

Berikut inti dari kisahnya yang sering dijadikan teladan:

1. Keinginan sederhana istri

Sang istri ingin sekali mandi di pemandian air panas (pemandian umum). Namun saat itu keadaan keuangan mereka belum memungkinkan untuk membeli tiket masuk ke sana. Imam Ibnu Hajar meminta agar sang istri bersabar dan menunggu hingga dia mengumpulkan uangnya.

2. Upaya mengumpulkan uang

Beliau menyisihkan sedikit demi sedikit dari rezeki yang datang, sampai terkumpul setengah riyal untuk ongkos masuk. Setelah terkumpul, beliau menyerahkan uang itu kepada istrinya.

3. Harapan kecewa di pemandian

Istrinya pergi ke pemandian tetapi ketika tiba di pintu masuk, dia dilarang masuk oleh penjaga. Alasannya: hari itu pemandian tersebut sedang “disewa” oleh istri seorang ulama lain (Imam Syamsuddin alRamli) untuk kepentingan dengan muridmuridnya, dan penjaga telah diberi bayaran penuh agar tidak membuka pintu untuk orang lain.

4. Protes istri dan jawaban Imam

Sang istri kembali ke rumah dengan kecewa dan menyatakan bahwa ilmu seharusnya memberikan manfaat juga secara duniawi membandingbandingkan bahwa ulama lain bisa memberikan fasilitas seperti itu kepada istrinya. Ia menanyakan apa guna ilmu jika tetap hidup dalam kesulitan.

Imam Ibnu Hajar merespons dengan kesabaran dan kebesaran hati. Beliau mengatakan bahwa dia tidak mengejar dunia, bahwa keadaannya ini adalah pilihannya, bahwa ia ridha (menerima) atas takdir Allah. Ia kemudian mengajak istrinya ke sumur Zamzam sebagai bagian dari karamah.

5. Karamah di sumur Zamzam

Di sumur Zamzam, beliau menimba timba (ember) — dan ajaibnya hasilnya adalah penuh dengan emas (dinar). Mereka lakukan ini tiga kali, tiap kali penuh.

6. Pilihan besar dan komitmen

Setelah karamah itu, Imam Ibnu Hajar memberi pilihan kepada istrinya:

Kembalikan semua emas ke sumur Zamzam dan tetap bersamanya hidup sederhana

Atau bawa semua emas itu, pulang ke keluarganya, dan talak (bercerai), agar istrinya bisa menikmati kemewahan dunia

Istrinya pada akhirnya memilih untuk mengembalikan semuanya ke sumur, meskipun godaan dunia ada di depan mata, karena ia tidak mau berpisah dengan suaminya. Keputusan ini menunjukkan kesetiaan, keutamaan memilih ridha Allah dan keharmonisan rumah tangga di atas kekayaan materi.

Hikmah dari Kisah

Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini:

Keikhlasan: Imam memilih hidup sederhana meskipun punya ilmu besar.

Sabar & ridha terhadap takdir Allah.

Kesetiaan dan pengorbanan dalam pasangan suamiistri; pentingnya komitmen bukan hanya dalam keadaan mudah tapi juga susah.

Bahaya membandingbandingkan kehidupan kita dengan orang lain.

Nilai duniawi bisa menguji iman dan komitmen.

By : Al Khamidy

Lebih baru Lebih lama