Sejarah Lengkap Pembangunan Masjid Nabawi di Madinah
Masjid Nabawi merupakan salah satu masjid paling suci dalam Islam setelah Masjidil Haram di Makkah. Berikut sejarah perkembangannya dari masa ke masa:
1. Pendirian Awal oleh Nabi Muhammad ï·º (Tahun 622 M / 1 H)
Setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah ï·º membeli sebidang tanah milik dua anak yatim bernama Sahl dan Suhail bin Amr untuk mendirikan masjid. Lokasi itu berada di tempat unta beliau berhenti sebagai tanda dari Allah.
Ukuran awal masjid sekitar 35 × 30 meter dengan bahan bangunan sederhana:
-
Dinding dari batu bata tanah liat.
-
Tiang dari batang kurma.
-
Atap dari pelepah kurma.
-
Lantai dari tanah biasa.
Masjid ini berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pertemuan kaum Muslimin, pusat pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an, serta asrama bagi kaum fakir yang dikenal sebagai Ahlus Suffah.
2. Perluasan di Masa Rasulullah ï·º
Setelah jumlah jamaah bertambah, Nabi memperluas masjid hingga sekitar 50 × 50 meter. Bahan bangunan masih sederhana, namun penataannya lebih baik. Di bagian belakang masjid terdapat Shuffah, yaitu tempat tinggal para sahabat miskin yang belajar Islam langsung dari Nabi.
3. Perluasan di Masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (632–634 M)
Pada masa Abu Bakar, tidak dilakukan perluasan besar karena masa pemerintahannya singkat. Hanya dilakukan perbaikan kecil untuk menjaga kondisi bangunan.
4. Perluasan di Masa Khalifah Umar bin Khattab (634–644 M)
Melihat jumlah umat Islam yang semakin banyak, Umar memperluas masjid menjadi sekitar 70 × 60 meter. Dinding diperkuat dengan batu bata dan lumpur, atap dibuat lebih tinggi, serta ditambahkan beberapa pintu.
5. Perluasan di Masa Khalifah Utsman bin Affan (644–656 M)
Utsman memperluas lagi bangunan masjid dan mengganti bahan bangunan dengan batu berukir serta kayu jati. Masjid menjadi lebih kokoh dan indah dengan ukuran sekitar 80 × 70 meter.
6. Renovasi di Masa Dinasti Umayyah (Walid bin Abdul Malik, 707 M)
Renovasi besar-besaran dilakukan pada masa Walid bin Abdul Malik dengan Gubernur Madinah, Umar bin Abdul Aziz, sebagai pemimpin proyek. Untuk pertama kalinya, masjid dihiasi dengan mozaik dan marmer, dibangun empat menara, serta kubah di atas makam Nabi ï·º. Luas masjid menjadi sekitar 100 × 100 meter.
7. Renovasi di Masa Dinasti Abbasiyah (abad ke-9–15 M)
Pada masa Dinasti Abbasiyah, masjid beberapa kali diperluas dan diperindah. Dinding dan atap diganti dengan bahan yang lebih kuat, dan kubah di atas makam Nabi diperbaharui serta diperindah.
8. Renovasi di Masa Kesultanan Utsmaniyah (abad ke-16–19 M)
Perbaikan besar dilakukan oleh Sultan Suleiman al-Qanuni dan Sultan Mahmud II. Pada tahun 1817 M, kubah hijau atau Qubbah al-Khadra dibangun dan menjadi ciri khas Masjid Nabawi hingga kini. Struktur masjid diperkuat dengan batu dan besi agar lebih kokoh.
9. Perluasan di Masa Kerajaan Arab Saudi
a. Masa Raja Abdul Aziz Al Saud (1950–1955)
Dilakukan renovasi modern pertama dengan peningkatan luas menjadi 16.327 m². Penerangan listrik mulai dipasang untuk pertama kalinya.
b. Masa Raja Faisal, Khalid, dan Fahd (1960–1990)
Area luar dan tempat wudu ditambah. Raja Fahd melakukan perluasan terbesar abad ke-20 pada tahun 1985–1992 dengan luas total mencapai 165.000 m². Masjid mampu menampung lebih dari satu juta jamaah dan dilengkapi sistem pendingin, eskalator, serta payung otomatis.
c. Masa Raja Abdullah dan Raja Salman (2007–sekarang)
Dilanjutkan dengan proyek perluasan lanjutan. Target luas total mencapai lebih dari 400.000 m² dengan kapasitas hingga dua juta jamaah. Penambahan meliputi area luar, menara baru, serta sistem ventilasi dan pendingin modern.
Makna Spiritual Masjid Nabawi
Masjid Nabawi didirikan langsung oleh Nabi Muhammad ï·º dengan bimbingan wahyu. Di dalamnya terdapat Raudhah (taman surga), yaitu area antara mimbar dan rumah Nabi. Masjid ini menjadi pusat ibadah, tempat ziarah, serta sumber sejarah dan peradaban Islam yang sangat penting bagi umat Muslim di seluruh dunia.
By : Al Khamidy
.jpg)