Sejarah Pembangunan Masjidil Haram
Masjidil Haram adalah masjid paling suci dalam Islam yang terletak di kota Makkah, Arab Saudi.
1. Asal Usul (Zaman Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS)
Awal mula Masjidil Haram dikaitkan dengan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, sekitar 2000 SM.
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun kembali Ka'bah, yang sebelumnya telah didirikan oleh Nabi Adam AS namun hancur akibat banjir besar.
Dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 127), disebutkan:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail…”
Ka'bah inilah yang menjadi pusat Masjidil Haram dan arah kiblat bagi seluruh umat Islam.
2. Masa Setelah Nabi Ibrahim hingga Masa Quraisy
Setelah berabad-abad, bangunan Ka'bah beberapa kali rusak dan diperbaiki oleh berbagai suku, termasuk Kaum Jurhum dan kemudian Kaum Quraisy.
Pada masa Quraisy (sekitar tahun 605 M), Ka'bah direnovasi kembali, bahkan Rasulullah ï·º turut membantu dalam proses pembangunan itu, khususnya dalam meletakkan Hajar Aswad di tempatnya.
3. Masa Rasulullah ï·º
Setelah beliau diutus sebagai nabi, Masjidil Haram menjadi pusat dakwah Islam.
Tidak ada perluasan besar pada masa beliau, tetapi fungsi keagamaannya semakin kokoh sebagai tempat ibadah dan tawaf.
4. Masa Khulafaur Rasyidin
a. Khalifah Umar bin Khattab (634–644 M)
Umar melakukan perluasan pertama terhadap area Masjidil Haram untuk menampung jamaah yang semakin banyak.
Tanah di sekitar Ka'bah dibeli dan dijadikan bagian dari masjid.
b. Khalifah Utsman bin Affan (644–656 M)
Utsman memperluasnya lagi dan membangun dinding-dinding serta atap dari kayu untuk memberikan kenyamanan jamaah.
5. Masa Kekhalifahan Umayyah (661–750 M)
Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan putranya Al-Walid bin Abdul Malik melakukan perluasan besar.
Tiang-tiang dari marmer didirikan, dan masjid mulai memiliki arsitektur permanen yang megah.
6. Masa Abbasiyah (750–1258 M)
Renovasi dilakukan berulang kali, termasuk penambahan kubah dan ornamen kaligrafi.
Pada masa ini juga dibangun menara-menara pertama.
7. Masa Kesultanan Utsmani (Ottoman) (1517–1916 M)
Banyak perbaikan struktural dan arsitektural, termasuk atap berkubah, marmer dari Turki, dan menara tinggi.
Pada masa Sultan Selim II dan Sultan Murad IV, Masjidil Haram mendapat bentuk yang mirip dengan awal abad ke-20.
8. Masa Kerajaan Arab Saudi (Sejak 1925 M – Sekarang)
Setelah berdirinya Kerajaan Saudi, dilakukan renovasi terbesar dalam sejarah.
Perluasan besar dilakukan dalam tiga fase utama:
Fase I (1955–1973, Raja Saud & Raja Faisal)
Perluasan besar pertama pada era modern.
Dibangun menara baru, tempat wudu modern, dan sistem penerangan.
Fase II (1988–2005, Raja Fahd)
Dibangun bangunan bertingkat, pintu monumental (seperti Bab al-Fahd), dan sistem pendingin udara.
Diperkenalkan escalator dan sistem suara modern.
Fase III (2007–sekarang, Raja Abdullah & Raja Salman)
Perluasan paling besar dalam sejarah Islam.
Kapasitas meningkat hingga lebih dari 2,5 juta jamaah.
Dibangun area tawaf baru (mataf), terowongan, jalur pejalan kaki, hotel, dan area parkir bawah tanah.
Fakta Saat Ini (2025)
Luas total Masjidil Haram lebih dari 1,5 juta meter persegi.
Terdapat 9 menara, lebih dari 100 gerbang, dan ratusan ribu jamaah dapat beribadah secara bersamaan.
Ka'bah tetap menjadi pusat dan simbol kesatuan umat Islam di seluruh dunia.
