Kisah Perjalanan Hidup Syech Abdul Qodir Al-Jailani

 

Kisah perjalanan hidup Syech Abdul Qodir Al-Jailani (juga dikenal sebagai Abdul Qadir Gilani)

Kisah perjalanan hidup Syech Abdul Qodir Al-Jailani (juga dikenal sebagai Abdul Qadir Gilani), seorang ulama besar, sufi, dan pendiri tarekat Qadiriyah yang terkenal di dunia Islam. Kisahnya merupakan perpaduan antara ilmu, spiritualitas, dan perjuangan dalam mendekatkan diri kepada Allah.

1. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga

Nama Lengkap: Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa al-Jailani al-Hasani wal-Husaini.

Lahir:Tahun 470 H / 1077 M di Jilan (Gilan), Persia Utara (sekarang Iran).

Garis keturunan: Dari pihak ayah, ia keturunan Hasan bin Ali (cucu Rasulullah SAW). Dari ibunya, ia juga memiliki nasab kepada Husain bin Ali. Maka, ia dikenal sebagai Sayyid, keturunan Rasulullah SAW dari dua garis.

2. Masa Kecil dan Kecintaannya pada Ilmu

Sejak kecil, ia menunjukkan ketekunan luar biasa dalam menuntut ilmu dan ketaatan kepada Allah.

Pada usia 18 tahun, setelah restu dari ibunya yang sangat salehah, ia berangkat ke Baghdad pusat ilmu pengetahuan saat itu untuk memperdalam agama.

3. Menuntut Ilmu di Baghdad

Di Baghdad, ia belajar kepada banyak ulama besar:

Ilmu Fiqih: Belajar mazhab Hanbali di bawah bimbingan Abu Sa'id al-Mukharrami.

Ilmu Hadits, Tafsir, Bahasa Arab, dan Ushul Fiqih.

Di sinilah ia menunjukkan kejeniusannya. Ia tidak hanya menguasai ilmu lahir (syariat), tapi juga ilmu batin (tasawuf).

Ia dikenal sebagai seorang ahli fiqih yang sangat kuat argumentasinya, tapi juga seorang wali Allah yang memiliki karamah (kemuliaan spiritual).

4. Perjalanan Spiritual & Tasawuf

Setelah menuntut ilmu, ia mengasingkan diri ke gurun dan hutan selama 25 tahun, mendekatkan diri kepada Allah dengan:

Mujahadah (pengorbanan jiwa dan raga),

Riyaḍah (latihan spiritual),

Zikir, puasa, dan ibadah malam.

Di masa ini, ia mencapai maqam kewalian tinggi. Ia mendapat banyak ilham dan karamah yang luar biasa. Setelah kembali ke masyarakat, ia mulai berdakwah secara terbuka.

5. Dakwah dan Pengaruh

Sekitar usia 50 tahun, ia mulai berdakwah secara aktif di Baghdad. Ceramahnya menarik ribuan orang. Gaya dakwahnya:

Tegas terhadap penguasa zalim,

Lembut terhadap orang awam dan para pendosa,

Selalu mengajak kepada tauhid, taubat, dan ketaatan syariat.

Ia mendirikan Madrasah al-Qadiriyah, tempat belajar fiqih, tafsir, hadits, dan tasawuf.

6. Karamah dan Julukan

Banyak karamah (kemuliaan) diriwayatkan dari beliau, seperti mengetahui isi hati orang, menyembuhkan penyakit, berjalan di atas air, dan lainnya.

Ia dijuluki:

"Sultanul Auliya" (Pemimpin Para Wali)

"Al-Ghauts al-A'zham" (Penolong Agung)

7. Tarekat Qadiriyah

Ia adalah pendiri Tarekat Qadiriyah, salah satu tarekat sufi terbesar dan paling berpengaruh. Ajarannya menekankan:

Kecintaan kepada Allah,

Kedisiplinan dalam ibadah,

Zuhud terhadap dunia,

Berpegang teguh pada syariat.

8. Wafat

Wafat: Tahun 561 H / 1166 M di Baghdad, pada usia sekitar 91 tahun.

Makamnya di Baghdad masih menjadi tempat ziarah umat Islam hingga kini.

Warisan dan Pengaruh

Karya-karya beliau masih dipelajari, seperti:

Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq,

Futuh al-Ghaib,

Jala’ al-Khawatir.

Tarekat Qadiriyah tersebar ke berbagai belahan dunia: Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan, hingga Indonesia.

Kata-Kata Bijak Syech Abdul Qodir Al-Jailani

Jadilah seperti pohon yang rindang, dilempari batu, tetapi membalas dengan buah.”

Jangan takut miskin, karena rezeki datang bersama takwa.”

Bersihkan hatimu dari selain Allah, maka Allah akan memenuhi hatimu dengan cahaya-Nya.”

By : Al Khamidy

Lebih baru Lebih lama