Kisah orang tua Imam Syafi’i sebelum kelahiran beliau

 

Kisah orang tua Imam Syafi’i sebelum kelahiran beliau adalah bagian penting dari latar belakang sosok besar ini. Imam Syafi’i, yang bernama lengkap Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, lahir pada tahun 150 H (767 M) di Gaza, Palestina. Ayah dan ibunya memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian dan jalan hidup beliau, meskipun sang ayah wafat saat Imam Syafi’i masih sangat kecil.

1. Ayah Imam Syafi’i: Idris bin Abbas

Nasab (garis keturunan) ayah beliau sampai kepada Abdul Manaf, yang merupakan kakek buyut Nabi Muhammad ﷺ, sehingga Imam Syafi’i masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi dari jalur Quraisy.

- Ayahnya, Idris bin Abbas, adalah seorang yang saleh dan berilmu, serta dikenal sebagai orang yang mencintai ilmu.

- Asal usul ayahnya kemungkinan dari kota Mekah, dan dalam perjalanan (menurut sebagian riwayat) atau saat berdagang, beliau tinggal di Gaza, Palestina.

- Sayangnya, beliau wafat ketika Imam Syafi’i masih bayi atau sangat kecil, sehingga tidak sempat mendidik langsung putranya.

2. Ibu Imam Syafi’i: Seorang wanita Quraisy yang salehah

Ibu beliau adalah wanita dari keturunan Yaman atau Quraisy, tergantung riwayat, tetapi yang jelas adalah beliau wanita yang sangat tangguh, cerdas, dan bertakwa.

- Setelah suaminya meninggal, ia membesarkan Imam Syafi’i seorang diri dalam kondisi yang sangat sederhana, bahkan miskin.

- Ia sadar akan potensi anaknya dan memiliki semangat luar biasa dalam menanamkan kecintaan terhadap ilmu, meskipun harus berjuang keras secara ekonomi.

- Demi masa depan anaknya, ia membawa Imam Syafi’i kecil dari Gaza kembali ke Makkah, agar bisa tumbuh dalam lingkungan ilmu dan agama yang kuat di tanah kelahiran leluhurnya.

Nilai dan Pelajaran dari Orang Tua Imam Syafi’i

- Ayahnya meninggalkan warisan kehormatan, nama baik, dan nasab mulia, meski bukan harta.

- Ibunya menunjukkan dedikasi luar biasa dalam mendidik anaknya, bahkan dalam kondisi sulit, tidak menyerah pada keadaan.

- Keduanya menjadi contoh bahwa ilmu dan ketakwaan lebih utama daripada kekayaan, dan bahwa pendidikan anak adalah prioritas meski dalam kesempitan.


Jika kamu ingin, aku bisa bantu menuliskan kisah ini dalam bentuk narasi atau cerita yang lebih mengalir dan enak dibaca. Mau dilanjutkan?


By : Al Khamidy

Lebih baru Lebih lama