Ajaran Syech Siti Jenar dan Ibnu Arabi
Ajaran Syech Siti Jenar dan Ibnu Arabi memiliki banyak titik persinggungan, terutama dalam hal tasawuf falsafi (mistisisme filosofis), namun juga memiliki perbedaan konteks kultural dan ekspresi spiritual yang unik. Keduanya dikenal dengan pemikiran yang dalam dan kontroversial, terutama terkait dengan konsep Wahdatul Wujud (Kesatuan Wujud).
Ajaran Syech Siti Jenar
Syech Siti Jenar adalah tokoh spiritual Islam dari tanah Jawa pada abad ke-15 hingga 16. Ia dianggap sebagai bagian dari Wali Songo, meskipun kemudian menjadi sosok yang "menyimpang" menurut versi resmi kerajaan dan ulama pada masa itu.
Pokok Ajarannya:
-
Manunggaling Kawula GustiArtinya: Bersatunya hamba dengan Tuhan.Konsep ini mirip dengan Wahdatul Wujud-nya Ibnu Arabi, namun diekspresikan dengan lebih "radikal" secara lokal. Ia mengajarkan bahwa Tuhan ada dalam diri manusia, dan manusia yang telah menyadari hakikat ini tidak terikat lagi oleh syariat luar.
-
Penolakan Formalitas AgamaSiti Jenar dikisahkan mengkritik praktik keagamaan yang hanya sebatas ritual formal tanpa penghayatan makna. Karena ajarannya ini, ia dianggap sesat oleh para wali lainnya dan oleh kerajaan Demak.
-
Kematian sebagai Peleburan DiriIa tidak takut mati, karena bagi Siti Jenar, kematian adalah kembalinya diri ke asal, yakni Tuhan itu sendiri.
Ajaran Ibnu Arabi
Ibnu Arabi (1165–1240 M) adalah seorang sufi besar asal Andalusia (Spanyol). Ia dikenal sebagai tokoh utama dalam doktrin Wahdatul Wujud dalam tasawuf Islam.
Pokok Ajarannya:
-
Wahdatul Wujud (Kesatuan Wujud)Semua yang ada pada dasarnya adalah perwujudan dari Tuhan. Tidak ada wujud yang hakiki kecuali Tuhan. Segala sesuatu adalah manifestasi atau tajalli (penampakan) dari Tuhan. Namun, Ibnu Arabi menekankan bahwa kesatuan ini bersifat batiniah dan harus disertai kesadaran akan perbedaan antara al-Haq (Tuhan) dan makhluk.
-
Tajalli (Penampakan Tuhan)Tuhan menampakkan diri dalam ciptaan-Nya, termasuk manusia. Oleh karena itu, manusia yang arif bisa mengenali kehadiran Tuhan dalam segala sesuatu.
-
Insan Kamil (Manusia Sempurna)Konsep bahwa manusia bisa mencapai kesempurnaan spiritual dan menjadi cermin sifat-sifat Tuhan. Nabi Muhammad adalah model tertinggi dari insan kamil.
-
Simbolisme dan Bahasa FilosofisIbnu Arabi menggunakan istilah dan simbol yang kompleks, seperti "cinta ilahi", "pengetahuan melalui penyaksian", dan "realitas mutlak".
Persamaan Ajaran Siti Jenar dan Ibnu Arabi
| Aspek | Syech Siti Jenar | Ibnu Arabi |
|---|---|---|
| Kesatuan dengan Tuhan | Manunggaling Kawula Gusti | Wahdatul Wujud |
| Fokus pada hakikat | Mengutamakan batin daripada syariat luar | Menyadari realitas batiniah ciptaan |
| Penekanan spiritualitas | Kematian sebagai penyatuan dengan Tuhan | Pengenalan Tuhan melalui tajalli |
| Kontroversial | Dituduh sesat dan dihukum mati | Karyanya sempat dilarang di beberapa tempat |
Perbedaan Kontekstual
-
Syech Siti Jenar hidup di lingkungan masyarakat agraris-Jawa dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat, sehingga ajarannya lebih bersifat sinkretik dan populis.
-
Ibnu Arabi lahir di dunia Islam yang sudah matang secara intelektual dan filsafat, sehingga ajarannya lebih bersifat teoretis dan metafisik, dengan pendekatan filsafat dan teologi Islam yang dalam.
Kesimpulan
Syech Siti Jenar bisa dilihat sebagai representasi lokal dari tradisi mistik Islam global yang dibawa oleh tokoh seperti Ibnu Arabi. Meski ekspresi dan gaya pengajarannya berbeda (karena perbedaan konteks sosial dan budaya), keduanya menawarkan jalan menuju pengenalan hakikat Tuhan yang mendalam — namun bukan tanpa kontroversi.
By : Al Khamidy
.jpg)