Perjalanan Spiritual Mbah Hamid Pasuruan
Siapakah Mbah Hamid
KH. Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar bin Sholeh bin Abdurrahman, yang lebih dikenal sebagai Mbah Hamid Pasuruan, adalah seorang ulama besar asal Pasuruan, Jawa Timur. Beliau lahir dari keluarga habaib dan ulama terhormat, yang memiliki garis keilmuan dan nasab yang kuat.
Pendidikan dan Perjalanan Keilmuan
Mbah Hamid menikah pada bulan Sya’ban 1359 H dengan Nyai Nafisah binti KH Ahmad Qusyairi, saat usianya sekitar 22 tahun. Setelah menikah, beliau menggantikan kedudukan gurunya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan.
Di bawah kepemimpinannya, pondok mengalami perkembangan pesat, baik secara fisik maupun kurikulum. Muncul jenjang pendidikan dari Ibtidaiyah hingga Aliyah yang menerapkan kurikulum lokal berbasis salaf.
Karomah dan Pengalaman Spiritual
Banyak masyarakat dan santri yang menceritakan pengalaman spiritual bersama Mbah Hamid. Berikut beberapa kisah yang populer:
Karomah Ganda
Pernah dikisahkan bahwa beliau menerima tamu di Pasuruan, padahal saat itu beliau sedang berada di Tanah Suci Makkah.
Mengetahui Isi Hati
Mbah Hamid dikenal bisa membaca isi hati seseorang. Salah satu santri, Said Ahmad, pernah mengalami kejadian di mana ia menunggu ajakan makan. Tanpa berbicara, Mbah Hamid tiba-tiba memanggilnya dan makanan telah disediakan.
Perjalanan Gaib ke Bagdad
Dikisahkan bahwa Mbah Hamid secara gaib melakukan perjalanan ke Bagdad setiap tahun, sebuah karomah yang diyakini sebagian pengikutnya.
Kisah dengan Ulama Lain
Salah satu kisah terkenal adalah pertemuannya dengan Kiai Bisri Mustofa. Saat Kiai Bisri meminta doa untuk mendapatkan mobil, Mbah Hamid mengajak semua yang hadir membaca Al-Fatihah dengan niat tersebut.
Pengaruh dan Penghormatan setelah Wafat
Mbah Hamid wafat pada tanggal 9 Rabiul Awal 1403 H atau 25 Desember 1982 M. Makam beliau berada di kompleks pemakaman Masjid Jami’ Al-Anwar, Kota Pasuruan. Hingga kini, makamnya menjadi pusat ziarah dan wisata religi yang ramai, terutama pada hari-hari seperti Jumat Legi, malam Jumat, saat haul, dan akhir pekan.
Aspek Spiritual & Nilai-nilai Hidup
Beberapa nilai kehidupan yang diwariskan oleh Mbah Hamid:
-
Kesederhanaan: Meskipun dikenal luas dan dihormati, beliau tetap hidup sederhana.
-
Kedekatan dengan masyarakat: Selalu dekat dengan rakyat kecil, santri, dan tetangganya.
-
Ketegasan dalam prinsip agama: Beliau tegas dalam memegang prinsip keagamaan, namun tetap mengedepankan adab dan kasih sayang.
-
Cinta dan perhatian: Mbah Hamid dikenal penuh kasih terhadap santri dan peziarah.
.jpg)