sejarah dan asal-usul istilah "Bhinneka Tunggal Ika"

 

Istilah "Bhinneka Tunggal Ika" adalah semboyan resmi negara Indonesia yang memiliki arti “Berbeda-beda tetapi tetap satu juga”.


Istilah "Bhinneka Tunggal Ika" adalah semboyan resmi negara Indonesia yang memiliki arti “Berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Semboyan ini menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah keberagaman suku, budaya, agama, bahasa, dan adat istiadat.

Berikut adalah sejarah dan asal-usul istilah "Bhinneka Tunggal Ika":


Asal Usul Istilah "Bhinneka Tunggal Ika"

1. Berasal dari Kitab Sutasoma

  • Pengarang: Mpu Tantular

  • Zaman: Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14 M

  • Bahasa Asli: Bahasa Jawa Kuno

  • Dalam Kitab Sutasoma, istilah "Bhinneka Tunggal Ika" muncul dalam konteks ajaran toleransi antaragama, khususnya antara Hindu dan Buddha.

Kutipan asli dari Kitab Sutasoma (dalam Bahasa Jawa Kuno):

“Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa”

Artinya:
“Berbeda-beda itu satu, tak ada kebenaran yang mendua”

Kalimat ini mengajarkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam keyakinan, pada dasarnya semuanya menuju pada satu kebenaran dan harus hidup rukun.


Pengangkatan sebagai Semboyan Bangsa

2. Masa Perumusan Dasar Negara

  • Saat proses pembentukan negara Indonesia pada masa BPUPKI dan PPKI (1945), semangat persatuan dalam keberagaman menjadi isu penting.

  • Para pendiri bangsa menyadari pentingnya semboyan yang mencerminkan karakter Indonesia yang majemuk.

3. Ditentukan sebagai Semboyan Resmi

  • "Bhinneka Tunggal Ika" kemudian dipilih sebagai semboyan resmi negara Indonesia, karena mengandung makna persatuan yang kuat dalam keberagaman.

  • Tercantum dalam Lambang Negara Garuda Pancasila, tepatnya pada pita yang dicengkeram oleh kaki Garuda.


Makna Filosofis

  • Bhinneka = Berbeda / Beraneka ragam

  • Tunggal = Satu

  • Ika = Itu

Secara harfiah: "Beraneka ragam tetapi satu itu", yang diartikan sebagai “Berbeda-beda tetapi tetap satu juga.”

Makna ini menegaskan bahwa meskipun masyarakat Indonesia berbeda-beda secara budaya, agama, bahasa, dan adat, semuanya tetap satu sebagai bangsa Indonesia.


Relevansi Masa Kini

Semboyan ini tetap relevan dan penting di era modern, sebagai dasar:

  • Toleransi antarumat beragama

  • Pengakuan dan penghargaan terhadap keragaman budaya

  • Penolakan terhadap diskriminasi dan intoleransi

  • Penguatan identitas nasional Indonesia

By : Al Khamidy
Lebih baru Lebih lama