kisah perjalanan hidup Syech Junaid al-Baghdadi, seorang wali Allah, ulama besar, dan salah satu tokoh utama dalam dunia tasawuf. Beliau dikenal sebagai sufi yang menyeimbangkan antara syariat dan hakikat, antara ilmu lahir dan batin.
1. Nama Lengkap dan Latar Belakang
Nama Lengkap: Abu al-Qasim al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid al-Khazzaz al-Qawariri al-Baghdadi.
Lahir: Sekitar wafat tahun 297 H / 910 M, di Baghdad, Irak.
Gelar: Dikenal sebagai Imam al-Tasawuf dan Sayyid ath-Thaifah (Pemimpin Kaum Sufi).
Profesi awal: Ahli membuat dan berdagang kaca (karena itu dijuluki al-Qawariri* – ahli botol kaca).
2. Masa Kecil dan Kecerdasan Luar Biasa
Sejak kecil, Junaid sudah menunjukkan *kecerdasan dan kelembutan akhlak.
Ia dibesarkan oleh pamannya, Syech Sari as-Saqathi — seorang wali besar dan murid dari Ma'ruf al-Karkhi.
Junaid sudah menghafal Al-Qur’an di usia muda, dan menguasai berbagai ilmu agama: fiqih, hadits, tafsir, dan ilmu kalam.
3. Penuntut Ilmu dan Ulama Fiqih
Sebelum dikenal sebagai sufi, Junaid adalah:
Seorang ulama fiqih Mazhab Syafi’i, berguru kepada Imam Abu Tsaur (murid Imam Syafi’i).
Terlibat dalam diskusi dan debat ilmiah yang berat bersama para ulama dan ahli kalam di Baghdad.
Namun, jalan tasawuf kemudian membentuk sisi ruhani beliau secara mendalam.
4. Masuk ke Dunia Tasawuf
Junaid belajar tasawuf langsung dari pamannya, Sari as-Saqathi, dan para wali besar zamannya. Ia menggabungkan:
Ilmu syariat: sebagai landasan ibadah dan kehidupan,
Ilmu hakikat: sebagai jalan menyucikan jiwa dan mendekat kepada Allah.
Kata pamannya kepada Junaid:
"Ambillah dari ilmu para ahli fikih, kemudian masuklah ke dalam jalan sufi."
5. Penyeimbang Syariat dan Hakikat
Junaid adalah sufi yang sangat hati-hati dalam bersyariat, dan menolak keras penyimpangan dalam tasawuf.
Ia berkata:
“Jalan kami ini (tasawuf) dibangun atas dasar Al-Qur’an dan Sunnah. Siapa yang tidak membaca Al-Qur’an dan tidak menulis hadits, maka tidak layak diikuti dalam jalan ini.”
Beliau menentang keras praktik-praktik ekstrem dan kata-kata "mabuk spiritual" (sukr) yang keluar dari batas, seperti yang pernah dilakukan oleh tokoh sufi lain, al-Hallaj.
6. Ajaran Tasawuf Syech Junaid
Berikut inti ajaran Junaid al-Baghdadi:
Ikhlas total dalam beribadah kepada Allah,
Fana’ (meleburkan diri dalam kehendak Allah),
Zuhud dan wara’, menjauhi dunia dan hal-hal yang subhat,
Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada makhluk,
Menganggap rendah amal sendiri dan takut pada riya’.
Beliau berkata:
“Tasawuf adalah bahwa Allah mematikanmu dari dirimu, dan menghidupkanmu dengan-Nya.”
“Orang sufi adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, tidak dimiliki oleh apa-apa, dan tidak menginginkan apa-apa kecuali Allah.”
7. Pengaruh dan Murid-Murid
Junaid memiliki ribuan murid, dan termasuk yang melahirkan banyak wali besar setelahnya.
Di antara murid terkenalnya adalah:
Abu Bakar al-Syibli,
Nuri al-Baghdadi,
Ruwaim,
Dan banyak lainnya.
8. Wafat
Wafat: Tahun 297 H / 910 M di Baghdad.
Dimakamkan: Di Baghdad, dekat dengan pamannya Sari as-Saqathi.
Makamnya masih diziarahi oleh para pencari ilmu dan ruhani hingga hari ini.
Warisan dan Legasi
Syech Junaid al-Baghdadi dikenang sebagai:
Tokoh yang mengokohkan tasawuf Sunni,
Menghindari tafsir-tafsir mistik yang liar,
Memadukan fiqih dan tasawuf, sehingga ilmunya tetap terjaga dalam kerangka syariat.
Dikutip oleh Ulama Sunni
Imam al-Ghazali, Imam Nawawi, dan para ulama besar lainnya banyak mengutip ajaran dan hikmah beliau dalam karya-karya mereka.
Kata-Kata Bijak Syech Junaid al-Baghdadi
“Aku tidak melihat sesuatu pun kecuali aku melihat Allah di dalamnya, sebelum dan sesudahnya.”
“Hamba yang benar adalah yang tidak melihat amalnya sebagai sebab keselamatannya, tapi hanya karena rahmat Allah.”
“Ketika hatimu bersih, maka Allah akan memantulkan cahaya-Nya di dalamnya.”
