Beberapa Ulama' Pendiri Nahdhatul Ulama'

 

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tahun 1926 di Surabaya sebagai respons terhadap situasi umat Islam pada masa itu

Beberapa Ulama' Pendiri Nahdhatul Ulama'

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tahun 1926 di Surabaya sebagai respons terhadap situasi umat Islam pada masa itu, khususnya terkait perkembangan pemikiran keagamaan dan kolonialisme. Organisasi ini berakar kuat pada tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah dan pesantren.

Berikut adalah beberapa ulama pendiri NU yang berperan penting dalam pendiriannya:


1. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari
Peran: Pendiri utama dan Rais Akbar pertama NU.
Asal: Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Kontribusi: Merumuskan dasar-dasar ajaran NU berdasarkan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Karya terkenal: Risalah Ahlus Sunnah wal Jama‘ah, Adabul ‘Alim wal Muta‘allim.


2. KH. Abdul Wahab Chasbullah
Peran: Penggerak utama dan organisatoris ulung NU.
Asal: Tambakberas, Jombang.
Kontribusi: Pendiri Taswirul Afkar dan Nahdlatul Wathan — organisasi yang menjadi cikal bakal NU.


3. KH. Bisri Syansuri
Peran: Salah satu ulama perumus keputusan-keputusan awal NU.
Asal: Denanyar, Jombang.
Kontribusi: Pendiri Pesantren Mamba‘ul Ma‘arif Denanyar, kelak menjadi Rais ‘Aam PBNU.


4. KH. Asnawi Kudus
Peran: Ulama kharismatik dari Kudus yang ikut merestui dan mendukung pendirian NU.
Asal: Kudus, Jawa Tengah.
Kontribusi: Penggerak semangat kemandirian ulama dan umat.


5. KH. Mas Mansur
Peran: Salah satu ulama muda yang berinteraksi dalam pembentukan awal organisasi, meski kemudian aktif di Muhammadiyah.
Asal: Surabaya.
Kontribusi: Ikut dalam diskusi-diskusi awal di Taswirul Afkar.


6. KH. Faqih Maskumambang
Peran: Ulama sepuh yang memberikan dukungan legitimasi keagamaan terhadap berdirinya NU.
Asal: Gresik, Jawa Timur.
Kontribusi: Menjadi bagian dari ulama yang menandatangani keputusan pendirian NU.


Selain nama-nama di atas, ada pula beberapa ulama penting lain yang ikut dalam pertemuan pendirian NU, seperti:

  • KH. Cholil Lasem (guru KH. Hasyim Asy’ari)

  • KH. Ahmad Dahlan (Buntet Cirebon, bukan pendiri Muhammadiyah)

  • KH. Ridwan Abdullah (pencipta lambang NU)

By : Al Khamidy

Lebih baru Lebih lama